Henry Jufri, kuli panggul asal Makassar, menjadi bahan obrolan netizen sepekan belakangan. Sebabnya, pria 32 tahun ini berhasil mendapat penghasilan dari Google Play sebanyak US$ 1.200 atau Rp 16 juta dari aplikasi game yang ia ciptakan. Namun begitu, Henry masih menekuni pekerjaannya sebagai kuli di Pelabuhan Makassar. Ia tetap memikul barang penumpang yang beratnya ratusan kilogram.
Saban bulan Henry mengaku paling besar mendapat Rp 2 juta. Itupun jika beruntung, dan ia masih kuat berkejaran dengan kuli lain naik-turun kapal mendapat barang. Penghasilannya memang tidak menentu, bisa Rp 20 ribu, kadang Rp 100 ribu sekali pikul. "Hasilnya pun harus dipotong 20 persen oleh bos yang memasukkan kami di pelabuhan," kata Henry kepada Tempo, Sabtu, 29 Agustus 2015.
Menurut henry, bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan juga tidak jelas status ketenagakerjaannya. Sebabnya, tidak ada kontrak kerja atau status sebagai karyawan perusahaan yang mempekerjakan. Meski mereka diberi seragam dengan nomor-nomor besar di punggung dan dada, tanda-tanda itu hanyalah simbol belaka. "Tidak ada juga asuransi jika terjadi kecelakaan kerja," ucap Henry.
Namun, Henry masih enggan meninggalkan profesi sebagai tukang pikul yang sudah 13 tahun dia lakoni. "Saya tidak bisa memungkiri, kalau saya sudah lama hidup dari pekerjaan ini," kata Henry. Dia juga sadar jika bekerja sebagai kuli tidak akan lama, karena pekerjana itu hanya mengandalkan tenaga dan otot yang semakin lama bisa kendur. "Kalau sekarang saya masih kuat," katanya.
Henry mengaku dia bakal meninggalkan pekerjaan sebagai kuli secara perlahan. Semenjak ada penghasilan dari aplikasinya yang dia jual di Google Play Store, Henry tidak lagi menunggu dan mengejar semua kapal yang masuk ke Pelabuhan Makassar. Ia bisa menghemat energi. "Sekarang saya sudah bisa pilih-pilih kapal yang menurut saya bagus-bagus saja," katanya.
Satu pekan terakhir, nama pria lulusan kelas 4 sekolah dasar itu ramai diperbincangkan warga dunia maya. Keberhasilannya mendapat penghasilan US$ 1.200 atau sekira Rp 16,8 juta dari Google mengundang decak kagum. Dari mana uang sebanyak itu? Ternyata, selain bekerja keras sebagai buruh, ayah dua anak ini pandai membuat berbagai aplikasi telepon pintar.
Aplikasi tersebut kemudian dia unggah di Google Play, distributor produk digital yang dimiliki mesin pencari terkenal itu. Tanpa disangka, aplikasi bikinan Henry ternyata populer dan diunduh banyak orang. Dari situlah pria 32 tahun itu kemudian dikirimi pembagian hasil dari Google sebesar US$ 1.200. "Baru kali ini saya merasakan uang sebanyak ini," ucap Henry dengan nada hampir tak percaya.
Perjalanan Henry menjadi pengembang aplikasi memang tidaklah mudah. Awalnya, dia bahkan tak memiliki barang satu unit komputer pun. Karena ia mengaku serius ingin belajar, Henry lantas membeli sebuah laptop bekas seharga Rp 800 ribu. Nahas, laptop tuanya ternyata tidak mumpuni dan tak memiliki spesifikasi yang cukup untuk membuat aplikasi game yang lebih canggih.
Laptop tersebut hanya dilengkapi perangkat Random Acces Memory (RAM) sebesar 1 gigabita. Padahal untuk membuat game, sebuah komputer setidaknya harus memiliki RAM minimal sebesar 2 gigabita. "Saya terpaksa pinjam uang dari keluarga Rp 2,7 juta," tutur Henry. Uang tersebut yang kemudian dipakainya membeli laptop yang lebih canggih dengan kapasitas jempolan.
Tak hanya itu, Henry pun harus merogoh koceknya kembali untuk membeli akun di Google Play Store seharga US$ 25. Saat itu nilainya sekitar Rp 300 ribu. Setelah semua perlengkapannya beres, barulah Henry bisa mulai merancang aplikasi permainan yang bervariasi. Sejak pertama kali bergabung, pada Oktober 2014, Henry mengaku sudah membuat ratusan aplikasi permainan.
Namun, dari ratusan aplikasi tersebut hanya sekitar sepuluh item saja yang bertahan di toko digital tersebut. "Ada aplikasi belajar huruf dan angka untuk balita, aplikasi kartun huruf dan angka, permainan Si Unyil Berpetualang, Ninja Konoha Run, Super Crocodile, dan King Arthur," ujar Henry, menjelaskan sebagian karyanya.
Kesepuluh aplikasi inilah yang paling banyak diunduh orang dan penggila game. Walhasil, penghasilan Henry pun merambat naik, dari semula hanya US$ 100 atau sekitar Rp 1,3 juta per bulan kini ia mampu meraup penghasilan hingga US$ 1.200 atau kurang lebih Rp 16 juta. "Saya awalnya sempat putus asa. Tapi memang dibutuhkan kerja keras, pengorbanan, kesabaran, dan fokus," kata Henry membuka rahasianya.
Saban bulan Henry mengaku paling besar mendapat Rp 2 juta. Itupun jika beruntung, dan ia masih kuat berkejaran dengan kuli lain naik-turun kapal mendapat barang. Penghasilannya memang tidak menentu, bisa Rp 20 ribu, kadang Rp 100 ribu sekali pikul. "Hasilnya pun harus dipotong 20 persen oleh bos yang memasukkan kami di pelabuhan," kata Henry kepada Tempo, Sabtu, 29 Agustus 2015.
Menurut henry, bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan juga tidak jelas status ketenagakerjaannya. Sebabnya, tidak ada kontrak kerja atau status sebagai karyawan perusahaan yang mempekerjakan. Meski mereka diberi seragam dengan nomor-nomor besar di punggung dan dada, tanda-tanda itu hanyalah simbol belaka. "Tidak ada juga asuransi jika terjadi kecelakaan kerja," ucap Henry.
Namun, Henry masih enggan meninggalkan profesi sebagai tukang pikul yang sudah 13 tahun dia lakoni. "Saya tidak bisa memungkiri, kalau saya sudah lama hidup dari pekerjaan ini," kata Henry. Dia juga sadar jika bekerja sebagai kuli tidak akan lama, karena pekerjana itu hanya mengandalkan tenaga dan otot yang semakin lama bisa kendur. "Kalau sekarang saya masih kuat," katanya.
Henry mengaku dia bakal meninggalkan pekerjaan sebagai kuli secara perlahan. Semenjak ada penghasilan dari aplikasinya yang dia jual di Google Play Store, Henry tidak lagi menunggu dan mengejar semua kapal yang masuk ke Pelabuhan Makassar. Ia bisa menghemat energi. "Sekarang saya sudah bisa pilih-pilih kapal yang menurut saya bagus-bagus saja," katanya.
Satu pekan terakhir, nama pria lulusan kelas 4 sekolah dasar itu ramai diperbincangkan warga dunia maya. Keberhasilannya mendapat penghasilan US$ 1.200 atau sekira Rp 16,8 juta dari Google mengundang decak kagum. Dari mana uang sebanyak itu? Ternyata, selain bekerja keras sebagai buruh, ayah dua anak ini pandai membuat berbagai aplikasi telepon pintar.
Aplikasi tersebut kemudian dia unggah di Google Play, distributor produk digital yang dimiliki mesin pencari terkenal itu. Tanpa disangka, aplikasi bikinan Henry ternyata populer dan diunduh banyak orang. Dari situlah pria 32 tahun itu kemudian dikirimi pembagian hasil dari Google sebesar US$ 1.200. "Baru kali ini saya merasakan uang sebanyak ini," ucap Henry dengan nada hampir tak percaya.
Perjalanan Henry menjadi pengembang aplikasi memang tidaklah mudah. Awalnya, dia bahkan tak memiliki barang satu unit komputer pun. Karena ia mengaku serius ingin belajar, Henry lantas membeli sebuah laptop bekas seharga Rp 800 ribu. Nahas, laptop tuanya ternyata tidak mumpuni dan tak memiliki spesifikasi yang cukup untuk membuat aplikasi game yang lebih canggih.
Laptop tersebut hanya dilengkapi perangkat Random Acces Memory (RAM) sebesar 1 gigabita. Padahal untuk membuat game, sebuah komputer setidaknya harus memiliki RAM minimal sebesar 2 gigabita. "Saya terpaksa pinjam uang dari keluarga Rp 2,7 juta," tutur Henry. Uang tersebut yang kemudian dipakainya membeli laptop yang lebih canggih dengan kapasitas jempolan.
Tak hanya itu, Henry pun harus merogoh koceknya kembali untuk membeli akun di Google Play Store seharga US$ 25. Saat itu nilainya sekitar Rp 300 ribu. Setelah semua perlengkapannya beres, barulah Henry bisa mulai merancang aplikasi permainan yang bervariasi. Sejak pertama kali bergabung, pada Oktober 2014, Henry mengaku sudah membuat ratusan aplikasi permainan.
Namun, dari ratusan aplikasi tersebut hanya sekitar sepuluh item saja yang bertahan di toko digital tersebut. "Ada aplikasi belajar huruf dan angka untuk balita, aplikasi kartun huruf dan angka, permainan Si Unyil Berpetualang, Ninja Konoha Run, Super Crocodile, dan King Arthur," ujar Henry, menjelaskan sebagian karyanya.
Kesepuluh aplikasi inilah yang paling banyak diunduh orang dan penggila game. Walhasil, penghasilan Henry pun merambat naik, dari semula hanya US$ 100 atau sekitar Rp 1,3 juta per bulan kini ia mampu meraup penghasilan hingga US$ 1.200 atau kurang lebih Rp 16 juta. "Saya awalnya sempat putus asa. Tapi memang dibutuhkan kerja keras, pengorbanan, kesabaran, dan fokus," kata Henry membuka rahasianya.
Related Cars
Nicestcar offers the latest car news as well as a look at the automotive past.
Classic cars, muscle cars, exotic cars, supercars, everyday cars - All makes. All models.